DASAR HADIST YG MEMPERBOLEHKAN MEMBAKAR DUPA ATAU MENYAN
Kemenyan dizaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi
bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat
sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak
wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan didalam berbagai hadits.
Misalnya hadits shohih riwayat Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari berikut ini :
عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ
عُمَرَ «إِذَا اسْتَجْمَرَ اسْتَجْمَرَ بِالْأَلُوَّةِ، غَيْرَ مُطَرَّاةٍ
وَبِكَافُورٍ، يَطْرَحُهُ مَعَ الْأَلُوَّةِ» ثُمَّ قَالَ: «هَكَذَا كَانَ
يَسْتَجْمِرُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dari Nafi’, ia berkata, "Apabila Ibnu Umar
mengukup mayat (membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu
gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan
dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika mengukup jenazah (membakar kemenyan
untuk mayat)”. (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ
الجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، ... الى قوله ...
وَوَقُودُ مَجَامِرِهِمْ لأَلُوَّةُ - قَالَ أَبُو اليَمَانِ: يَعْنِي
العُودَ -، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ
"Dari Abi Hurairah radliyalahu 'anh,
bahwa Rosulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda : "Golongan
penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa bulan
pada malam bulan purnama, … (sampai ucapan beliau) …, nyala perdupaan
mereka adalah gaharu, Imam Abul Yaman berkata, maksudnya adalah kayu
gaharu” (HR. Imam Bukhari)
Demikian juga hadits shahih riwayat Imam Ahmad dalam
musnadnya,
عَنْ أَبِي
سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " إِذَا أَجْمَرْتُمُ الْمَيِّتَ، فَأَجْمِرُوهُ ثَلَاثًا “
Dari Abu Sufyan,
dari Jabir, ia berkata,
Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : Apabila kalian
mengukup mayyit diantara kalian, maka lakukanlah sebanyak 3 kali” (HR.
Ahmad)
Shahih Ibnu Hibban juga meriwayatkan sebuah shahih (atas
syarat Imam Muslim):
عَنْ
جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
إِذَا جَمَّرْتُمُ الْمَيِّتَ فأوتروا
“Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu
‘Alayhi wa Sallam bersabda : “Apabila kalian mengukup mayyit, maka ukuplah
dengan bilangan ganti (ganjilkanlah)” (HR. Ibnu Hibban, diriwayatkan juga
oleh Ibnu Abi Syaibah)
Disebutkan juga bahwa sahabat Nabi Shallallahu ‘alayhi wa
Sallam berwasiat ketika telah meninggalkan dunia, supaya kain kafannya di
ukup.
عَنْ أَسْمَاءَ
بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّهَا قَالَتْ لِأَهْلِهَا: «أَجْمِرُوا ثِيَابِي
إِذَا مِتُّ، ثُمَّ حَنِّطُونِي، وَلَا تَذُرُّوا عَلَى كَفَنِي حِنَاطًا
وَلَا تَتْبَعُونِي بِنَارٍ
“Dari Asma` binti Abu Bakar bahwa dia berkata kepada
keluarganya; "Berilah uap kayu gaharu (ukuplah) pakaianku jika aku
meninggal. Taburkanlah hanuth (pewangi mayat) pada tubuhku. Janganlah
kalian tebarkan hanuth pada kafanku, dan janganlah mengiringiku dengan
membawa api."
Riwayat shahih ini terdapat dalam Al-Muwaththa’ Imam Malik,
As-Sunan Al-Kubro Imam Al-Baihaqi. Bahkan, ada juga riwayat tentang
meng-ukup masjid:
جَنِّبُوا مَسَاجِدَكُمْ
صِبْيَانَكُمْ، وَخُصُومَاتِكُمْ وَحُدُودَكُمْ وَشِرَاءَكُمْ وَبَيْعَكُمْ
وَجَمِّرُوهَا يَوْمَ جَمْعِكُمْ، وَاجْعَلُوا عَلَى أَبْوَابِهَا
مَطَاهِرَكُمْ
“Jauhkanlah masjid-masjid kalian dari anak-anak kecil
kalian, dari pertikaian diantara kalian, pendarahan kalian dan jual beli
kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah
pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci kalian. (HR. Imam Al-Thabrani
didalam Al-Mu’jram al-Kabir. Ibnu Majah, Abdurrazaq dan Al-Baihaqi juga
meriwayatkan dengan redaksi yang hampir sama)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah pernah menyebutkan dalam
kitabnya Siyar A’lam An-Nubala’ (5 /22 ) tentang biografi Nu’aim Bin
Abdillah Al-Mujammar, sebagai berikut :
نعيم بن
عبد الله المجمر المدني الفقيه ، مولى آل عمر بن الخطاب ، كان يبخر مسجد النبي صلى
الله عليه وسلم
.
“Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, ahli Madinah, seorang
faqih, Maula (bekas budak) keluarga Umar Bin Khattab. Ia membakar kemenyan
untuk membuat harum Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
WaLlahua'lam
Sumber : Yogi Prasetyo
Salam Menyan: http://www.sarkub.org/2015/10/tentang-sunnah-memakai-kemenyan.html#ixzz3s6ZtwCzp
Kuliah Kampus Menyan
Follow us: @kampus_menyan on Twitter | kampus.menyan on Facebook
ELAJAR DARI KATA-KATA HIKMAH IMAM AS-SYAFIE
Selasa, 27 Oktober 2015 | komentar
"Bila kamu tak tahan penatnya belajar, maka kamu akan
menanggung perihnya kebodohan."
- (Imam asSyafie)
"Berapa banyak manusia yang masih hidup dalam
kelalaian, sedangkan kain kafannya sedang ditenun".
"Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di
kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang"
- (Imam asSyafie)
"Jangan cintai orang yang tidak mencintai Allah. Kalau
Allah saja ia tinggalkan, apalagi kamu"
- (Imam asSyafie)
"Barangsiapa yang menginginkan Husnul Khatimah,
hendaklah ia selalu bersangka baik dengan manusia".
- (Imam Syafie)
"Doa di saat tahajud adalah umpama panah yang tepat
mengenai sasaran."
- (Imam Syafie)
"Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi
manfaat.”
- (Imam Syafie)
"Seorang sufi tidak menjadi sufi jika ada pada dirinya
4 perkara: malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan".
- (Imam asSyafie)
"Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi maka
ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia
sebenarnya menghinamu''
- (Imam asSyafie)
"Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan
kematian di pelupuk matamu"
- (Imam asSyafie)
Salam Menyan: http://www.sarkub.org/2015/10/belajar-dari-kata-kata-hikmah-imam-as.html#ixzz3s6Y0iuch
Kuliah Kampus Menyan
Follow us: @kampus_menyan on Twitter | kampus.menyan on Facebook
alam kitab As-Safinah al-Qadiriyah disebutkan:“Sayyid
Muhammad bin Umar Al-Qashri dalam kitab Manha al-minat fi at-Ta’nis bi
as-Sunnah mengatakan: “Membaca shalawat atas Nabi saw adalah sebuah keharusan
bagi seorang salik di awal perjalanan spiritualnya, dan terus menerus membaca
shalawat baik siang maupun malam. Shalawat dapat menjadi penolongnya selama
menempuh perjalanan spiritual dan mencari kedekatan dengan Allah Swt
dibandingkan dengan macam-macam dzikir yang lain…”
Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik al-Hanfa menuliskan :
“Ketahuilah, tidak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi Saw
kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali
sangat cinta kepada Nabi Saw, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi Saw
kecuali dengan cara memperbanyak bacaan shalawat. Sebab, barang siapa yang suka
pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya. Karenanya, bagi seorang
salik mesti memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan shalawat atas
Nabi Muhammad saw.
Mengingat bacaan shalawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar
biasa dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, di samping masih
banyak lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah yang tidak mungkin dihitung oleh
angka dan bilangan. Seorang salik perlu memiliki hati ikhlas semata-mata
mengharap ridha Allah ketika membaca shalawat atas Nabi Saw, sehingga dia mampu
memetik buah shalawat dan barakah-nya yang bertebaran. Shalawat di sepanjang
perjalanan mencari Tuhan bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah
yang dibutuhkan. Barangsiapa yang menghiasi hatinya dengan lampu shalawat, maka
dia akan mampu melihat segala hakikat tauhid berkat cahaya terang shalawat tersebut.”
Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah
Al-Husaini r.a berkata,”Ibnu ‘Atha’ berkata : ‘Doa memiliki rukun-rukun
tertentu, sayap-sayap, sebab-sebab, dan waktu-waktu khusus. Jika memenuhi
rukun-rukunnya doa itu akan menjadi kuat, jika ia memiliki sayap-sayap ia akan
terbang ke langit, jika tepat waktunya ia berjalan terus. Dan jika memenuhi
sebab-sebab, doa itu akan terkabulkan. Rukun-rukun doa adalah hati yang
khusyuk, konsentrasi, lembut, pasrah diri, bergantung sepenuhnya kepada Allah,
dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada faktor apapun. Sayap-sayap doa
adalah ketulusan dan kejujuran. Waktu berdoa adalah di malam hari.
Sebab-sebabnya adalah membacakan shalawat atas Nabi Saw.”
Dalam kitab Al-Ausath, Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda,”Semua doa tertolak, kecuali dia membaca shalawat untuk
Muhammad dan keluarganya.” Dan Ali bin Abu Thalib r.a berkata,”Setiap doa pasti
terhalangi oleh sebuah tabir antara pemohon doa dan Allah. Kecuali orang itu
membaca shalawat, maka tabir itu akan terbakar, dan doa itu pun bisa
menembusnya. Jika orang itu tidak membaca shalawat, maka doanya akan
terpental.”
Dalam Asy-Syifa, Ibnu Mas’ud r.a berkata,”Jika di antara
kalian ada yang mengharapkan sesuatu dari Allah, maka hendaklah memulai doanya
dengan puja dan puji kepada-Nya, disusul dengan membaca shalawat atas Nabi-Nya,
baru kemudian menyampaikan hajatnya. Yang demikian ini lebih berpeluang besar
untuk terkabulkan.”
Kesimpulannya, shalawat dapat mendatangkan pencerahan,
rahasia, membersihkan batin dari segala jenis kotoran; yang mesti dibaca oleh
para pemula, orang-orang yang memiliki banyak hajat, dan orang-orang yang sudah
mencapai puncak perjuangan. Salik thalib, murid muqarrib, dan arif washil,
mereka semua sama-sama membutuhkan shalawat.
Seorang thalib membutuhkan shalawat untuk peningkatan diri;
seorang murid untuk bimbingan diri; dan seorang arif membutuhkan shalawat untuk
membuatnya fana‘. Dalam hal ini, shalawat dibutuhkan seorang salik untuk
membantunya dalam menempuh perjalanan atau suluk, shalawat dibutuhkan oleh
murid untuk menghilangkan keraguan dalam dirinya, dan dibutuhkan oleh ‘arif
untuk berkata begini : “Inilah Engkau, Raja-Diraja.” Shalawat membuat seorang
salik mencintai amal perbuatan, membuat seorang murid meraih ahwal, dan membuat
seorang ‘arif semakin kokoh berpijak pada maqam al-Inzal.
Selain itu, shalawat menjadikan seorang salik mendapatkan
cahaya, shalawat membuat seorang murid memperoleh ‘ibarah, dan shalawat membuat
penyaksian seorang ‘arif semakin bertambah; atau shalawat membuat seorang salik
mampu berjalan, membuat seorang murid dipancari sinar-sinar, dan membuat
seorang ‘arif semakin mesra dalam perjumpaan (bersama Allah); atau boleh jadi,
shalawat membuat seorang salik memperoleh cahaya yang berlipat-lipat, membuat
seorang murid dicurahi rahasia-rahasia gaib, dan membuat seorang ‘arif merasa
tak ada bedanya antara siang dan malam; atau boleh dikatakan bahwa shalawat
membuat seorang salik semakin bersemangat, menjaga seorang murid dari
kemunduran dalam beramal, dan menjadikan seorang ‘arif semakin sederhana dalam
berakhlak; atau, shalawat membuat seorang salik semakin mantap, membuat seorang
murid sampai pada dunia gaib Al-Malakut.
Dapat pula dikatakan bahwa shalawat membuat seorang salik
ingin merasakan nikmatnya perjumpaan, menjanjikan seorang murid dengan
perjumpaan itu sendiri, dan membuat seorang ‘arif semakin yakin dan nyata dalam
perjumpaannya.”
Sumber : Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam As-Safinah
Al-Qadiriyyah via Tasawuf Underground
Salam Menyan: http://www.sarkub.org/2015/11/keajaiban-shalawat-nabi-menurut-syekh.html#ixzz3s6c0qZq8
Kuliah Kampus Menyan
Follow us: @kampus_menyan on Twitter | kampus.menyan on Facebook
Dikutip dalam kitab Al-mawaa’izhul Ushfuriyah , Hadits Kedua
Hikayat Kedua
kitab al-mawa’izhu al-ushfuriy
الحديث الثاني عن ابن مسعود رضي الله
عنه قال : قال رسول الله ص.م : الفاجر الراجي برحمة الله تعالي اقرب من العابد
المقنط
Hadits Kedua
Dari Ibni Mas’ud (abdulloh bin mas’ud) ra berkata : telah
bersabda Rosululloh SAW :
“Pelaku dosa yang berharap rahmat Allah lebih dekat daripada
seorang hamba yang beribadah yang putus asa dari rahmat-NYA”
(حكاية) ان رجلا مات علي عهد موسي
عليه السلام فكره الناس غسله ودفنه لفسقه فأخذوه برجليه وطرحوه في مزبلة ، فأوحي
الله تعالي الي موسي عليه السلام . وقال يا موسي مات في محلة ماجان في شهر المروة
ولي من اوليائي فلم يكفنوه ولم يدفنوه فاذهب انت فاغسله وكفنه وصل عليه وادفنه،
فجاء موسي عليه السلام الي تلك المحلة، وسأل لهم عن الميت فقالوا له : مات رجل من
صفة كذا وكذا وإنه كان فاسقا معلنا فقال اين مكانه ؟ فان الله تعالي اوحي الي
لأجله ،قال فعلموني مكانه .فلما رأه موسي عليه السلام مطروحا في المزبلة وأخبره
الناس عن سوء افعاله ناجي موسي ربه ،فقال إلهي امرتني بدفنه والصلوة عليه وقومه
يسبون عليه شرا وانت اعلم به منهم من الثناء القبيح، فأوحي الله عليه يا موسي صدق
قومه فيما حكوا عنه من سوء افعاله غير انه تشفع الي عند وفاته بثلاثة اشياء لو سأل
مني جميع مذنب خلقي لأعطيته فكيف وقد سأل نفسه وانا ارحم الراحمين. قال يا ربي ما
الثلاثة ؟ قال لما دني وفاته قال يا ربي انت تعلم مني فاني ارتكب المعصية مع
كراهية المعضية في قلبي
اولها هو النفس والرفيق السوء وابليس عليه اللعنة وهذه الثلاثة القبيحة في المعصية فانك كنت تعلم مني ما اقول فاغفرلي.
والثاني قال يا ربي انك تعلم بأني ارتكب المعاصي وكان مقامي مع الفسقة ولكن صحبة الصالحين وزهدهم والمقام معهم احب الي من الفاسقين.
والثالث قال الهي ان كنت تعلم مني ان الصالحين كانوا احب الي من الفاسقين حتي لو استقبلني رجلان صالح وطالح الا قدمت حاجة الصالح علي الطالح ….
اولها هو النفس والرفيق السوء وابليس عليه اللعنة وهذه الثلاثة القبيحة في المعصية فانك كنت تعلم مني ما اقول فاغفرلي.
والثاني قال يا ربي انك تعلم بأني ارتكب المعاصي وكان مقامي مع الفسقة ولكن صحبة الصالحين وزهدهم والمقام معهم احب الي من الفاسقين.
والثالث قال الهي ان كنت تعلم مني ان الصالحين كانوا احب الي من الفاسقين حتي لو استقبلني رجلان صالح وطالح الا قدمت حاجة الصالح علي الطالح ….
Hikayat
Ada seorang lelaki meninggal dunia dimasa nabi Musa ‘alaihissalam. Semua orang tidak mau memandikan dan mengafani jenazahnya, karena kedurhakaanya semasa di dunia. Orang-orang itu membuangnya dengan kaki mereka di tempat sampah.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa ‘alaihissalam:
Ada seorang lelaki meninggal dunia dimasa nabi Musa ‘alaihissalam. Semua orang tidak mau memandikan dan mengafani jenazahnya, karena kedurhakaanya semasa di dunia. Orang-orang itu membuangnya dengan kaki mereka di tempat sampah.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa ‘alaihissalam:
“Wahai Musa, telah mati seorang laki-laki, jenazahnya kini
ditempat sampah, padahal ia adalah kekasihKu. Ia tidak dimandaikan maupun
dikafani dan tidak dikuburkan. Maka berangkatlah engkau untuk memandikannya,
mengkafaninya, sembahyangkan dan kuburlah ia dengan kemuliyaan”.
Lalu Nabi Musa berangkat ke tempat itu dan menanyakan mayat
itu kepada penduduk;
Penduduk : “Benar disini telah
meninggal seorang durhaka” jawab mereka.
Nabi Musa AS : “Dimana ia kini ? aku kesini semata-mata
datang atas perintah Allah untuk laki-laki yang kalian anggap durhaka itu”.
Diantarlah penduduk kampung, Nabi Musa menjenguk mayat
tersebut, padahal banyak kabar simpang siur atas orang tersebut tentang
kebusukan mayatnya oleh penduduk yang tidak menyukainya. Nabi Musapun heran
atas perintah Tuhannya itu.
Kemudian Nabi Musa as munajat kepada Allah :
Allah SWT : “Benar Musa. orang-orang itu
juga benar, mereka menghukumi laki-laki itu karena perbuatannya. Tetapi
Aku telah mengampuninya karena tiga sebab, ketahuilah ; kalau seorang pendosa
meminta ampun kepada-Ku dan Kuampuni, mengapa dia tidak? padahal dia pernah
berkata kepada dirinya sendiri bahwa Aku adalah Tuhan Yang Maha Penyayang”
Nabi Musa : “Tuhan, Engkau telah mengutusku
untuk menguburkan dan menyolatinya, padahal kaumnya menyaksikan dia seorang
durhaka, hidupnya hanya dilakukan untuk perbuatan tercela. Hanya Engkau yang
tahu antara Puji dan Cela. Dijawab Allah
Nabi Musa AS : ” apakah tiga sebab itu,Tuhan?”
Allah SWT : ” ketika
laki-laki itu menghadapi maut, ia mengadu kepada-Ku ;
“Tuhan, Engkau tahu segala maksiat yang kuperbuat, padahal
sebenarnya aku sangat membencinya, mengapa kulakukan juga, itu karena tiga hal,
Tuhanku;
pertama: karena nafsu pergaulan yang jelek, dan iblis terkutuk, ini pertama membawaku jatuh dalam pelukan maksiat, tentu Kau sangat tahu, dan ampunilah aku.
pertama: karena nafsu pergaulan yang jelek, dan iblis terkutuk, ini pertama membawaku jatuh dalam pelukan maksiat, tentu Kau sangat tahu, dan ampunilah aku.
kedua: Tuhan, Kau pasti tahu bahwa aku berbuat maksiat
karena berada di lingkungan yang fasiq/bejat, padahal aku mencintai orang-orang
alim dan zuhud, tinggal bersama mereka sangat aku senangi dari pada tinggal
dengan orang-orang fasiq/bejat itu.
ketiga:Tuhan, sungguh orang yang salih lebih baik dari pada
orang yang thalih, sungguh orang salih lebih saya cintai, jika seandainya
datang kedua orang itu, saya akan mendahulukan orang yang salih.
Allah melanjutkan: “maka Kuampuni dosanya dan Kurahmati
dia, sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang, khususnya pada
mereka yang mengakui kesalahannya dihadapan-Ku, dan laki-laki ini telah
mengakui kesalahannya, maka Kuampuni dia Kulewatkan atas dosa-dosanya.
Wahai Musa, lakukan apa yang Aku perintahkan, Akupun akan mengampuni orang-orang yang menyolatinyaa serta ikut menguburnya demi kemuliaan yang ia miliki.”
Wahai Musa, lakukan apa yang Aku perintahkan, Akupun akan mengampuni orang-orang yang menyolatinyaa serta ikut menguburnya demi kemuliaan yang ia miliki.”
wallohu a’lam
Sumber : piss-ktb.com
sARKUB.ORG
Comments